Indonesia Darurat Bencana, Kita Harus Bagaimana?


Fenomena saat ini marak daerah perbukitan yang dibangun perumahan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nurmansyah, Head of CoE Disaster & Environment Rumah Zakat Action

Kondisi muka bumi dari waktu ke waktu semakin mengkhawatirkan. Banyak area hijau yang menghilang dan berubah menjadi tandus dan kering. Penelitian yang dilakukan oleh Kajian Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi Kementerian ESDM menyampaikan bahwa beberapa wilayah terjadi penuruan berkisar 6 -10 sentimeter per tahunnya.

Baik secara sadar maupun tidak kita menyaksikan terjadinya pergerakan tanah, penurunan tanah, longsor dan lain sebagainya. Keadaan buruk ini semakin diperkuat dengan tingkah laku masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Sehingga daerah aliran sungai makin lama makin menyempit. Dan disaat musim hujan datang, sampah tersebut menyumbat lajunya air dan menyebakan banjir terjadi dimana-mana.

Disisi lain, fenomena yang terjadi sekarang adalah maraknya daerah perbukitan yang dibangun perumahan, sehingga lahan hijau semakin berkurang, ada juga daerah perbukitan yang tidak ada lagi akar pohon-pohon besar yang berfungsi untuk menyerap air. Sehingga kondisi tanah menjadi labil dan menyebabkan longsor.

Nah ini sebagai bukti nyata bahwa memang kerusakan yang terjadi di perairan dan daratan akibat ulah tangan manusia itu sendiri. Mulai hilang kesadaran tentang apa yang sudah kita perbuat, dan mirisnya kita beranggapan bahwa apa yang kita lakukan masih dalam batas wajar.

Sebenarnya ada hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak bencana yang akan terjadi, antara lain: pertama, memilah sampah dari rumah. Kita di Rumah Zakat telah melakukannya di Desa Berdaya yang didampingi oleh relawan inspirasi di daerah tersebut. Salah satu contohnya, mengumpulkan sampah-sampah plastik yang kemudian dibuat menjadi kursi ecobrick. Nilai tambahnya adalah kegiatan ini dilakukan oleh para lansia.

Membanggakan bukan, di usia senja diri kita masih bermanfaat bagi orang banyak, bahkan telah melakukan pengurangan resiko bencana yang luar biasa. Di Desa Berdaya juga ada pelatihan pengolahan pupuk kompos. Seperti yang kita ketahui pupuk kompos diolah dari sampah organik rumah tangga dengan campuran kotoran ternak. Hasilnya bisa dijual ataupun digunakan untuk pupuk tanaman pertanian.

Kegiatan semacam ini sederhana, namun mampu menambah pendapatan masyarakat desa. Kedua, gerakan tanam pohon atau yang akrab disebut reboisasi. Tahun lalu, relawan Rumah Zakat melakukan tanam pohon serentak se-Nasional dan mampu menembus 31.010 batang pohon. Tanam pohon yang dilakukan difokuskan untuk lahan kritis.

Kalau boleh dianalogikan dengan usia kita, sudah berapakah pohon yang kita tanam setiap tahunnya? Atau sudah berapa banyak tanaman yang sengaja atau tidak sengaja kita rusak setiap tahunnya?

Ketiga, adalah mempersiapkan diri kita berlatih dan memperbanyak wawasan tentang kebencanaan. Contohnya dengan berlatih penatalaksanaan pertolongan pertama, merancangan rencana evakuasi di tingkat keluarga, mulai dari menyiapkan tas siaga, menyepakati titik kumpul keluarga dan lain sebagainya.

Jika kita pernah berlatih khusus vertical rescue, water rescue dan jungle rescue agar tidak hilang ilmunya latih secara berkala melalui games atau memberikan pelatihan kepada orang lain. Tahu saja tidak cukup, maka jadilah expert dibidangnya dengan mendapatkan sertifikasi di bidang-bidang kebencanaan. Karena ini adalah bentuk pengakuan legal yang bisa dipertanggungjawabkan. Dan tentunya akan sangat membantu tim SAR di lapangan saat melakukan pencarian dan pertolongan.

Kita tidak tahu kapan bencana akan terjadi, maka yang bisa kita lakukan adalah dengan memperkecil dampak dari bencana yang akan terjadi, yaitu dengan cara meningkatkan kapasitas manusianya untuk sadar bencana dan mengurangi tingkat kerentanan alamnya. Bahkan dari Basarnas sendiri membuka kesempatan untuk relawan potensi SAR merapatkan barisan, belajar bersama terkait ilmu-ilmu kebencanaan dan ini bisa diakses se-nusantara. If we ready by action, we should be ready by planning. Avignam Jagat Samagram.


Source link

Berita Menarik Lainnya