Nia Ramadhani merasa lemas, wajahnya pucat , remaja berusia 14 tahun tersebut harus sudah melakukan transfusi darah. Nia rutin melakukan hal tersebut setiap dua pekan sekali ke sebuah rumah sakit swasta di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat.
Nia mengidap thalassemia mayor, kelainan kekurangan darah tingkat parah yang sulit di sembuhkan. Untuk bertahan hidup Nia harus rutin tranfusi darah dan minum sejumlah jenis obat seumur hidupnya.
Penyakit Nia ini baru diketahui saat dirinya berusia dua tahun. “Saat lahir normal,baru mulai terlihat gejala saat berusia dua tahun, “ tutur Johani ayah Nia di rumah kecilnya disebuah gang sempit di daerah Tanjung Priuk, Jakarta Utara.
Johani, ayah Nia hanya seorang pengemudi ojek online yang penghasilan tiap harinya tidak menentu. Sementara itu, sang ibu meninggalkan Nia begitu tau buah hatinya mengidap penyakit tersebut.
“Istri saya , ibunya Nia pergi begitu saja tidak tau sekarang dimana,” ujarnya.Di rumah kontrakan kecil berukuran 4 x 5 meter tersebut Nia tinggal bersama kakak dan neneknya yang sudah renta. Nenek Nia juga sudah sakit-sakitan.
“Saya mengurus ibu saya juga di rumah kontrakan ini, sudah tua dan sakit-sakitan,” ucapnya.
Sebelum transfusi darah Johani harus mencari darah di rumah sakit PMI . Hal tersebut sudah dilakukan Johani demi anak tercintanya selama 12 tahun belakangan ini.
"Biasanya saya menyewa motor untuk bolak balik cek ke rumah sakit,” kata Johani.
Kini Nia hanya dirumah saja dengan aktifitas terbatas dan lebih sering berbaring. Dirinya pernah sekolah tapi hanya sampai kelas 4 SD, karena selepas itu kondisi tubuh Nia sudah tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan belajar.
"Saya cepat lelah dan sering pusing karena itu saya meminta ke bapak saya untuk berhenti sekolah,” ucap Nia mengatakan.
Kendati harus bolak-balik ke rumah sakit, Johani tidak patah semangat hal ini dilakoni karena ia ingin anaknya tetap terlihat sehat dan tidak sedih.
Bagi Johani, Nia adalah titipan yang diberikan Allah untuk selalu disyukuri. Karena biar bagaimanapun, tambahnya, semua ini sudah menjadi takdir dalam kehidupannya.
"Saya tetap bersabar dan selalu berjuang untuk mengahadapi ujian ini,” pungkasnya.
Nia membutuhkan support dan dukungan untuk dapat bertahan hidup. Biaya operasional untuk kebutuhan pemeriksaan dan keperluan rutin ke rumah sakit sangat diperlukan. Doa-doa terbaik dari semua pihak tentunya akan menjadi penyemangat dan penguat untuk tetap bertahan hidup.